Cintaku
Tak Sebatas Patok Tenda
Hujan
semakin deras. Aku mempercepat langkah untuk segera sampai disebuah kafe.
Disana ada seorang wanita cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai indah, menyambutku dengan senyum manisnya. Dialah obat dari segala penatku.
Seberat apapun masalah yang aku hadapi, setiap aku memandangnya seakan-akan
masalahku terasa begitu ringan.
“Kau kehujanan lagi. Tapi kamu tidak apa-apakan?“ Dia bertanya kepadaku dengan wajah yang begitu khawatir.
Aku tersenyum simpul sambil terus memandangi wajahnya. Dia
pun semakin salah tingkah membuat rona wajahnya semakin memerah. Dialah
kekasihku Dewi. Aku sudah lama menjalin
hubungan dengannya. Saat itu kami sama-sama mengikuti perkemahan Raimuna Cabang.
8
tahun yang lalu....
Hari
pertama pelaksanaan perkemahan dilapangan
Semblablur,
Jenangan Ponorogo.
Tenda-tenda
berdiri tegak di bawah
terpaan sinar matahari. Semua peserta sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Tetapi tidak
denganku yang justru memilih duduk dibawah pohon. Aku tidak peduli dengan
kesibukan teman-temanku. Sambil
menjulurkan kaki, aku
berusaha menghilangkan penat.
Pandanganku menyibak hamparan lapangan yang dipenuhi orang-orang berpakaian
pramuka, berharap menemukan seseorang yang aku cari. Wanita
cantik yang aku jumpai saat dia
meminjam peralatan tenda di sekolahku. Aku sangat menyesal karena waktu itu aku
belum sempat berkenalan dengannya. Memang penyesalan itu datang selalu di belakang. Setelah dia pergi baru sadar aku belum sempat
berkenalan dengannya. Aku terduduk
lama sambil menahan dahaga, tiba-tiba dari samping ada
seseorang yang menyodorkan air mineral. Tanpa pikir panjang aku langsung
menyambarnya tanpa tahu siapa yang memberikan.
Teguk demi teguk aku meminum air itu. Ditengah aku minum, reflekku melihat kepada orang yang telah memberiku air
minum. “ uhukk.. uhukkk .. kamu ??” aku
sangatlah terkejut sehingga diriku tersedak. Ternyata dia adalah
wanita yang aku cari. “Terima kasih,
Kak“. Dia tersenyum sambil menganggukan
kepalanya dan berjalan menjauhiku. Sontak aku teringat akan sesuatu. Aku lupa
menanyakan namanya, segara aku terteriak dan bertanya “ Kak, namamu siapa ?”. Dengan wajah biasa dia menjawab “ Dewi “
Hari
kedua....
Pagi
sekitar jam 06.00 seluruh peserta melaksanakan senam bersama. Setelah itu, kami
bersih-bersih lapangan “aku paling
tidak suka melihat sampah-sampah berserakan“. Aku baru ingat tempat pembuangan sampah ada dibelakang
tenda putri. “Ini
kesempatanku untuk bisa bertemu Dewi”. Semangatku semakin menggebu-gebu sekalipun untuk
mengumpulkan sampah dan membawanya menuju tenda putri. “ Aku ijin mau membuang sampah kak ! “
tanyaku pada Dewi, yang sedang sibuk mengamati bukunya. “ iya“ jawabnya singkat tapi hal itu
cukup membuatku grogi dan tersenyum senang setelah itu akupun kembali ke
tendaku dengan wajah ceria.
Jam
menunjukkan pukul 09.00 pagi, waktunya peserta RAIMUNA
melanjutkan kegiatan berikutnya. Kali ini Water
Adventure, kegiatan kami. Kegiatan
ini dilakukan disungai. Seluruh
peserta diberi wawasan tentang kegiatan ini, begitu pula teknik-teknik berenang.
Karena sebelumnya aku sudah jago
berenang,
kegiatan ini tak begitu sulit untuk aku kuasai. Selang berapa lama terdengar
suara minta tolong tak jauh dari kami. Aku
lihat banyak orang-orang ramai berkumpul akupun bertanya-tanya, ternyata ada salah satu peserta yang
tenggelam. Tanpa berfikir panjang akupun langsung berenang untuk menolong . Aku tidak menyangka ternyata dia adalah
Dewi. Betapa terkejutnya aku melihat dia sudah tidak sadar. Aku segera membawanya ke tepi sungai.
Setelah aku tahu dia baik-baik saja aku sangat bersyukur. Ku gendongnya menuju buper dan memberiknnya
pertolongan pertama. Hingga akhirnya anak-anak PMR menanganinya. Akupun pergi dengan berdo’a semoga Dewi baik-baik saja.
Tak
sengaja malam harinya aku berjalan-jalan dengan temanku untuk membeli camilan
ditengah perjalanan aku berpapasan dengan Dewi dan temannya tiba-tiba dia
menarik tanganku dan berkata “ Apakah
kamu yang menolongku tadi?” aku
menjawab dengan begitu mantab “Iya,
bagaimana keadaanmu
?”. dia pun menjawab ” aku baik-baik
saja “ sambil berjabat tangan dia berterima kasih padaku. Tak hingga rasa
senang menghinggapi hatiku bisa sedekat ini dengan Dewi
kamipun pergi dan saling mengucapkan
semoga bisa bertemu kembali.
Hari
ketiga....
Hari
ini adalah hari paling sibuk diantara peserta dan panitia banyak kegiatan yang
kami lakukan seperti menanam pohon, sosialisasi , workshop, penyuluhan dan
masih banyak lagi. Sampai aku berfikir betapa sibuknya hingga aku ingin bertemu
dengan Dewi
saja susah, sekedar ingin melihatnya pun tak bisa. Kulalui hari-hari ini dengan
perasaan yang tak begitu jelas. Malam pentas senipun tiba, aku dan
teman-temanku sudah siap dengan apa yang akan ditampilkan malam nanti. Dengan
semangat dan rasa percaya diri kami yakin bisa tampil memuaskan. Tiba saatnya aku dan
teman-temanku tampil.
Aku melihat disekeliling penonton berharap
Dewi ada diatara mereka. Ternyata
benar dia ada dibarisan paling depan dan itu membuatku lebih bersemangat. Dari
persiapan dan rancangan sebelum kami pentas, aku memang berniat ingin bernyanyi
sekaligus menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Dewi. “Ku akui kucinta Dewi … ku cinta Dewi .. Ku tak bisa tuk memungkiri .. ku
cinta Dewi…“ aku menyanyikan lagu Andra And The Backbone. Lagu itu
sengaja aku ganti liriknya agar dia tahu akan isi hatiku kepadanya.
Hiruk
pikuk penonton, bersorak menepuki penampilanku. Akupun turun dengan rasa bangga. Dan untuk kedua kalinya, Dewi menarik tanganku, membawaku kebelakang panggung. Sentuhan tangan lembutnya benar-benar melunakan langkah
kakiku begitu pula hatiku. “Apa yang kamu lakukan? ” Tanya Dewi kepadaku.” Seperti yang kamu dengar tadi, Dewi
aku menyukaimu“
Aku mengatakanya tanpa ragu. “ Tapi kita baru saja berkenalan , bagaimana bisa secepat ini kamu bisa
menyukaiku?” Aku tersenyum dan
berbisik kepadanya. “cinta itu layaknya angin yang berhembus begitu kencang.
Tanpa mengenal waktu yang lama, cinta sudah mampu merajai hatiku. Dewi, maukah
kamu menjadi pacarku?” kulihat
wajahnya yang tak begitu percaya dan dia pun menggelengkan kepala, semakin tak
paham dengan pertanyaan yang aku ajukan. Dengan
wajah murung, aku sudah yakin dia
tidak akan menerimaku , Dewi
terlalu sempurna untukku miliki. Aku menjauhinya dengan membawa serpihan
hati ini. Aku berjalan meninggalkan Dewi. Aku memang terlalu berharap untuk menjadi pacarnya.
Tapi tiba-tiba dia berteriak. “Adib …!” aku berbalik badan. Ternyata yang memanggilku adalah Dewi. “ Aku mau menjadi pacar kamu “ . Dengan rasa tak percaya aku hanya diam
dan tersenyum bahagia. Dia semakin mendekat dan memperjelas kata-katanya . “ Aku mau menjadi pacar kamu” kita saling
memandang. Dan tak berapa lama,
akupun
memeluknya dan mengucapkan padanya “ terimakasih Dewi, terima kasih “
....Saatnya sudah tiba Dewi. Aku ingin kita mempunyai
hubungan yang lebih serius. Aku ingin melamarmu “maukah kamu menjadi istriku
Dewi?” dengan menganggukkan kepala yang mengisyaratkan dia menerima lamaranku.
^_^ The And ^_^